Definisi Renaissance
Istilah renaissance berasal dari bahasa parancis yang
berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode
kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa.[1]
Orang yang mula-mula menggunakan istilah tersebut
adalah jukes Michelet, sejarahwan perancis terkenal. Menurutnya renaissance adalah
periode penemuan manusia dan dunia dan
bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern,
di tandai dengan oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Di
satu pihak terdapat astrologi, kepercayaan yang bersangkutan dengan dunia hitam,
perang-perang agama,dan sebagainya.
Awal mula dari suatu masa baru di tandai oleh usaha
besar Descartes(1596-1650M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Memang dalam bidang
filsafat zaman renaissance kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan
dengan bidang seni dan sains. namun di antara perkembangan itu terjadi dalam perkembangan dalam bidang
filsafat. Descartes sering disebut dengan tokoh pertama filsafat modern.[2]
Dilihat dari definisinya, kata “renaissance” menyiratkan
sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai
renaissance dipandanag sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban yunani dan
Romawi (yang dianggap sebgai klasik) ketika keduanya mengalami masa keemasan,
faktanya sekalipun semasa renaissance banyak orang membaca kesustraan klasik
dan mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari
renaissance adalah lahirnya pembaharuan maupun penciptaan.
Zaman renaissance sering disebut
sebagai zaman humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai
sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarakan kebenaran gereja, bukan menurut
yang dibuat oleh manusia.[3]
Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempuyai
kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme
menganggap manusia mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Cirri-ciri utam
renaissance dengan demikian adalahmenghidupkan kembali rasionalisme yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh
agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) sdan pengalaman (empiris) dalam
merumuska pengeahuan, meskipun harus diakui filsafat belum menentukan bentuk
zaman renaissance. Melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembanag pada waktu
sains, dan penemuan-penemuan dari hasil
penegembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan
agama Kristen karena semangat humanisme-fenomena tersebut cukup tampak pada
abad modern.[4]