Latar Belakang Munculnya Cabang Filsafat
Filsafat pada mulanya merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus, tetapi dalam perkembangannya ilmu-ilmu khusus tersebut memisahkan diri dari induknya.[1]
Pertama-tama yang memisahkan diri adalah ilmu matematika dan ilmu fisika sekitar abad XVI M. Penyebabnya adalah filsafat lebih banyak memikul beban yang berat daripada ilmu-ilmu khusus tersebut.[2] Kemudian filsafat juga mempunyai tugas menyelesaikan persoalan-persoalan yang belum terdapat penyelesaian dalam lapangan ilmu khusus tersebut. Diantara persoalan-persoalan besar yang harus diselesaikan oleh filsafat adalah dalam penentuan lapangan, mana yang lebih baik, mana yang indah, dan mana pula yang buruk. Ia juga mencari sampai mana pula batas kebebasan. Kemudian, ia pun membicarakan persoalan-persoalan tentang hidup dan mati. Persoalan-persoalan termaksud itu di luar atau di luar jangkauan ilmu-ilmu khusus tersebut.[3]
Kemudian belakangan yang memisahkan diri adalah psikologi. Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu lain khusus tersebut, ternyata filsafat tidak mati melainkan hidup dengan corak tersendiri yaitu sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.[4] Dalam memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan, filsafat membentuk cabang-cabang sesuai objek kajiannya.Cabang-cabang filsafat tersebut berkembang sesuai dengan persoalan filsafat, yang timbul karena adanya persoalan-peersoalan yang di hadapi oleh manusia. Adapun cabang-cabang filsafat yang tradisional itu terdiri atas empat yaitu logika, metafisika, epistemologi, dan etika. Namun demikian berangsur-angsur berkembang sejalan dengan persoalan yang di hadapi oleh manusia
Pertama-tama yang memisahkan diri adalah ilmu matematika dan ilmu fisika sekitar abad XVI M. Penyebabnya adalah filsafat lebih banyak memikul beban yang berat daripada ilmu-ilmu khusus tersebut.[2] Kemudian filsafat juga mempunyai tugas menyelesaikan persoalan-persoalan yang belum terdapat penyelesaian dalam lapangan ilmu khusus tersebut. Diantara persoalan-persoalan besar yang harus diselesaikan oleh filsafat adalah dalam penentuan lapangan, mana yang lebih baik, mana yang indah, dan mana pula yang buruk. Ia juga mencari sampai mana pula batas kebebasan. Kemudian, ia pun membicarakan persoalan-persoalan tentang hidup dan mati. Persoalan-persoalan termaksud itu di luar atau di luar jangkauan ilmu-ilmu khusus tersebut.[3]
Kemudian belakangan yang memisahkan diri adalah psikologi. Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu lain khusus tersebut, ternyata filsafat tidak mati melainkan hidup dengan corak tersendiri yaitu sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.[4] Dalam memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan, filsafat membentuk cabang-cabang sesuai objek kajiannya.Cabang-cabang filsafat tersebut berkembang sesuai dengan persoalan filsafat, yang timbul karena adanya persoalan-peersoalan yang di hadapi oleh manusia. Adapun cabang-cabang filsafat yang tradisional itu terdiri atas empat yaitu logika, metafisika, epistemologi, dan etika. Namun demikian berangsur-angsur berkembang sejalan dengan persoalan yang di hadapi oleh manusia