Artikel Education, General And Islamic

Pendekatan Kebudayaan

Artikel terkait : Pendekatan Kebudayaan


Pendekatan kebudayaan juga sering kali disebut sebagai pendekatan kultural.[1] Dalam kamus bahasa indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia sseperti kepercayaan, keseian dan adat istiadat. Selain itu, kebudayaan juga siartikan sebagai kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.[2]Sementara itu, Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur nyang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.[3]
Pendekatan kebudayaan juga dapat difahami sebagai cara memahami agama dengan melihat wujud praktek kegamaan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat.[4] Selain itu, kebudayaan adalah kesadaran nilai-nilai dalam kesemestaannya, yang tingkat terendah mengandung mekna suatu kesadaran intuitif dari identitas nilai dan urutan tingkat yang sesungguhnya dari setiap nilai, serta kewajiban seseorang untuk mengejar dan mewujudkan nilai-nilai itu dan kenyataan nilai yang tidak mungkin.[5] Kebudayaan juga hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang dimiliki.[6]
Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap ppotensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut, terdapatpengetahuan, keyakian, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya akan menghasilkan beberapa manfaat tau kegunaan, diantaranya yaitu
1.    Sebagai kerangka acuan (blue print) oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya.[7]
2.    Sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.[8]
3.    Untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.[9]
4.    Untuk melihat spesifikasi (proses/cara) praktek keagamaan suatu masyarakat muslim dan makna-maknanya bagi pemeluknya.[10]
5.    Menjelaskan secara langsung apa yang terjadi di dalam masyarakat.[11]
Pengamalan agama yang terdapat di dalam masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.[12]
Semisal kebudayaan bergaul, berpakaian, bermasyarakat dan sebagainya. Ke dalam produk kebudayaan tersebut unsur agama ikut berintegraasi. Dalam pakaian model jilbab, kebaya atau lainnya dapat dijumpai dalam pengamalan agama. Sebaliknya, tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas. Dari pernyataan ini  dapat dicontohkan yaitu di DKI Jakarta, kita menjumpai kakum pria ketika menikah mengenakan baju ala arab. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan baju ala cina. Di situ terlihat produk budaya yang berbeda yang dipengaruhi oleh pemahaman keagamaannya.[13]


[1] Muhammad Nur Hakim, Metodologi Studi Islam (Malang: UMM Press, 2005), 21.
[2]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 49.
[3] Ibid.
[4] Muhammad Nur Hakim, Metodologi Studi Islam,21.
[5] M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004), 67.
[6] Ibid.
[7] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 49.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Muhammad Nur Hakim, Metodologi Studi Islam, 21.
[11] Ibid.
[12] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 49
[13] Muhammad Nur Hakim, Metodologi Studi Islam, 21.

Artikel Arwave Blog Lainnya :

Copyright © 2015 Arwave Blog | Design by Bamz