Artikel Education, General And Islamic

Aliran Kebathinan Sapto Dharmo

Artikel terkait : Aliran Kebathinan Sapto Dharmo

Aliran Kebathinan Sapto Dharmo - Aliran kebatinan sejak lama selalu menjadi duri di tengah-tengah masyarakat Islam. Kehadiran kebatinan di berbagai daerah di Indonesia, selalu mengancam integritas umat, karena aliran ini masih mendaku sebagai bagian dari Islam, dan merekrut pengikut-pengikut dari umat Islam. Untuk mengintip hal-ihwal aliran ini secara lebih detail, Latar belakang aliran kebatinan memang bermacam-macam. Ada yang memang berasal dari ajaran luar Islam, seperti agama Majusi di Persia (Iran). Pada awal-awal lahirnya kebatinan, ada orang-orang Majusi yang memeluk Islam karena terpaksa, dan kemudian berupaya menyusupkan ajarannya ke dalam Islam.

Sapto Dharmo
Image From plus.google.com

Sapto Darmo (salah satu aliran besar kejawen) pertama kali dicetuskan oleh Hardjosaputro dan selanjutnya dia ajarkan hingga meninggalnya, 16 Desember 1964. Nama Sapto Darmo diambil dari bahasa jawa; sapto artinya tujuh dan darmo artinya kewajiban suci. Jadi sapto darmo artinya tujuh kewajiban suci. Sekarang aliran ini banyak berkembang di Yogya dan Jawa Tengah, bahkan sampai luar Jawa. Aliran ini mempunyai pasukan dakwah yang dinamakan Corps Penyebar Sapto Darmo, yang dalam dakwahnya sering dipimpin oleh ketuanya sendiri (Sri Pawenang) yang bergalar Juru Bicara Tuntunan Agung.

Di negara kita, ada juga orang-orang Islam yang masih kental dengan tradisi sebelumnya di Tanah Jawa, seperti tradisi Hindu dan Budha, kemudian karena mereka tidak sempat mendalami ajaran Islam, kepercayaan kuno itu mereka bawa ke dalam Islam, dan akhirnya jadilah ajaran-ajaran seperti kejawen dan semacamnya.

Banyak juga yang mengikuti ajaran kebatinan karena faktor ekonomi. Beberapa tokoh kebatinan yang membuka praktik pengobatan alternatif (dukun) sering menerima pengaduan dari masyarakat tentang kondisi ekonomi mereka yang sulit, dan akhirnya diberi solusi ajaran-ajaran kebatinan, misalnya kalau ingin kaya tidak perlu salat, tapin cukup eling atau salat di batin saja, dan sebagainya.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang salah satu aliran kebathinan yaitu “Sapto Dharmo” dan kepercayaan-kepercayaan didalamnya.

WEWARAH SUCI (TUJUH KEWAJIBAN SUCI)

  1. Setia dan tawakal pada pancasila Allah SWT (lima sifat: Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Wasesa (Kuasa), Maha Kekal.
  2. Dengan jujur dan suci hati harus setia menjalankan Undang-undang Negara.
  3. Turut serta menyingsingkan lengan baju menegakkan berdirinya Nusa dan Bangsanya
  4. Menolong kepada siapa saja bila perlu tanpa pamrih, melainkan berdasarkan cinta kasih.
  5. Berani hidup berdasarkan penuh atas kekuatan diri sendiri.
  6. Sikapnya dalam hidup bermasyarakat, kekeluargaan, harus susila beserta halusnya budi pekerti yang selalu memberikan jalan yang mengandung jasa serta memuaskan.
  7. Yakin bahwa dunia ini tidak abadi, melainkan selalu berubah-ubah.

PENYEMBAHAN SAPTO DHARMO

Cara penyembahan Sapto Dharmo adalah dengan cara Sujud Dasar. Sujud Dasar adalah Sujud yang dilakukan tiga kali sujud menghadap ke timur dengan posisi duduk. Lalu kepala ditundukkan sampai ke tanah mengikuti gerak naik sperma dari tulang tungging sampaike ubun-ubun, melalui tulang punggung dan menurunkannya kembali. Hal itu dilakukan sebanyak tiga kali.[1]

Duduk mengheningkan rasa dan dengan sendirinya mata terpejam. Maka terasalah ada gerak halus kelenjar dari tulang tungging sampai kepala, dan pada lidah terasa menusuk-nusuk. Naiknya sari hidup itu ke kepala diikuti dengan gerak sujud. Diucapkan: Hyang Maha Suci sujud kepada Hyang Maha Kuasa, diulangi tiga kali, lalu air putih itu diturunkan lagi ke tulang ekor diikuti oleh kepala naik dalam sikap duduk secara pelan-pelan.

Sujud kedua juga mengikuti kelenjar kelamin yang digerakkan seperti tadi. Didalam batin di ucapkan waktu sujud: Kesalahan Hyang Maha Suci mohon ampun kepada Hyang Maha Kuasa (3kali). Kemudian kepala diangkatlagi. Sujud untuk ketiga kalinya diucapkan dalam batin: Hyang Maha Suci bertobat kepada Hyang Maha Kuasa ( 3 kali). Lalu duduk kembali, tenang beberapa saat.

Semuanya itu dikatakan sujud dasar. Kewajiban bagi pengikut Sapto Dharmo untuk melakukan sujud dasar satu kali dalam 24 jam, hal itu disebut juga sembahyang. Lebih utama bagi warganya kalau melakukan sujud dasar itu lebih dari satu kali dalam sehari semalam.

PANCA SIFAT MANUSIA

  1. Sifat berbudi luhur trerhadap semua umat
  2. Sifat belas kasih terhadap sesama umat
  3. Berperasaan serta bertindak adil, berarti tidak membeda-bedakan sesama umat.
  4. Kesadaran bahwa manusia dalam purba wasesa Allah SWT.
  5. Kesadaran bahwa hanya ruhani manusia berasal dari cahaya Yang Maha Kuasa yang bersifat abadi.

AJARAN SAPTO DHARMO

Penganut Sapto Darmo meyakini bahwa manusia hanya memiliki 7 kewajiban atau disebut 7 Wewarah Suci yaitu :
  1. Setia dan tawakal kepada Pancasila Allah (Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Kuasa, dan Maha Kekal).
  2. Jujur dan suci hati menjalankan undang-undang Negara.
  3. Turut menyingsingkan lengan baju menegakkan nusa bangsa.
  4. Menolong siapa saja tanpa pamrih, melainkan atas dasar cinta kasih.
  5. Berani hidup atas kepercayaan penuh pada kekuatan diri-sendiri.
  6. Hidup dalam masyarakat dengan susila dan disertai halusnya budi pekerti.
  7. Yakin bahwa dunia ini tidak abadi, melainkan berubah-ubah (angkoro manggiling).

Salah satu dari ajaran Sapto Darmo dalam Panca Sifat Manusia –yang perlu dikritisi- adalah bahwa hanya ruhani manusia yang berasal dari sinar cahaya Yang Maha Kuasa yang bersifat abadi. Dalam pandangan Islam keyakinan seperti ini sangat bathil. Sebab semua yang ada di alam semesta ini selain Allah adalah makhluk; dan semua makhluk adalah tidak kekal, termasuk juga manusia, baik ruhnya maupun jasadnya. Manusia adalah makhluk; yang diciptakan oleh Allah dari tanah. manusia itu makhluk, maka baik ruh maupun jasadnya tidak ada yang abadi.

Keyakinan Sapto Darmo tentang keabadian ruh manusia muncul dari anggapan mereka bahwa pada diri manusia terdapat ‘persatuan dua unsur’ yaitu unsur jasmani -dari tanah- dan unsur ruhani -yang mereka dakwakan sebagai- cahaya Allah yang abadi. Dalam terminologi kebatinan hal itu disebut dengan ajaran Panteisme, yakni bersatunya unsur Tuhan (Laahut) dan unsur manusia (Naasut).

Terhadap pandangan yang menyatakan bahwa ruh itu abadi, al-Allamah Ali bin Ali bin Muhammad bin Abil ‘Izzi menjelaskan; “Dikatakan bahwa ruh itu azali (qadim). Padahal para Rasul telah bersepakat bahwa ruh itu baru, makhluk, diciptakan, dipelihara, dan diurus. Ini adalah perkara yang telah diketahui secara pasti dalam agama bahwa alam itu baru (muhdats). Para sahabat dan tabi’in juga memahami yang seperti ini kecuali setelah muncul pemikiran yang bersumber dari orang yang dangkal pemahamannya terhadap al-Qur’an dan As-Sunnah lalu menyangka bahwa ruh itu qadim. Dia berhujjah bahwa ruh itu termasuk urusan Allah (min amrillah) sedangkan amrullah bukan makhluk karena di-idhafah-kan kepada Allah seperti ‘ilmu, qudrah, sama’, bashar’, dan tangan. Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah telah sepakat bahwa ruh itu makhluk. Diantara ulama yang menyebutkan tentang ijma’ tersebut adalah Muhammad bin Nashr al-Muruziy, Ibnu Qutaibah, dan lainnya.

KITAB SUCI WEWARAH SAPTO DHARMO

Kitab suci penganut Sapto Darmo adalah yang diusahakan oleh Bopo Panuntun Gutama, yang tidak lain adalah pendirinya itu sendiri, Hardjosapuro. Menurut pandangan mereka, kitab ini berasal dari kumpulan ‘wahyu’ dari Tuhan yang memiliki sifat Pancasila Allah. Itu berarti bahwa ‘kitab suci’ tersebut baru, lahir sekitar 40 tahun yang lalu.

Pemakaian istilah agama bagi kepercayaan Sapto Dharmo terlalu berat rasanya. Karena agama adalah suatu petunjuk yang datang dari Allah SWT, berisi tuntunan bagi makhlukNya untuk keselamatan dunia dan akhirat. 

PEMBAGIAN ALAM SAPTO DHARMO

  1. Alam Wajar yaitu alam dunia sekarang ini.
  2. Alam Abadi yaitu alam langgeng atau alam kasuwargan. Dalam terminologi Islam maknanya mendekati alam akhirat.
  3. Alam Halus yaitu alam tempat roh-roh yang gentayangan (berkeliaran) karena tidak sanggup langsung menuju alam keswargaan. Roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa. Tempat pelarian khusus dari segala ruh yang belum sanggup naik ke tempat asalnya.

Umat yang banyak dosanya, selama masih hidup di alam wajar tidak mampu memasuki alam kswargaan, alam abadi. Dengan demikian, ruh-ruh tersebut penasaran dan tidak dapat kembali ke hadapan Yang Maha Kuasa ditempat yang langgeng dan abadi.[2]

Sedangkan dalam agama Islam, tidak ada tempat khusus bagi ruh-ruh yang penasaran. Nampaknya bagi ajaran Sapto Dharmo mengenai alam Barzakh disamakan dengan alam halus itu, dimana bertempatnya ruh-ruh penasaran. Adapun pembagian alam Sapto Dharmo semuanya tidak cocok dengan ajaran Islam.

IBADAH SAPTO DHARMO

Pemeluk Sapta Darma mendasarkan apa saja yang dilakukan sebagai suatu ibadah, baik makan, tidur, dll. Tetapi ibadah utama yang wajib dilakukan adalah Sujud, Racut, Ening dan Ulah Rasa.
  1. Sujud adalah ibadah menyembah Tuhan, sekurang-kurangnya dilakukan sekali sehari.
  2. Racut adalah ibadah menghadapnya Hyang Maha Suci/Roh Suci manusia ke Hyang Maha Kuwasa. Dalam ibadah ini, Roh Suci terlepas dari raga manusia untuk menghadap di alam langgeng/surga. Ibadah ini sebagai bekal perjalanan Roh setelah kematian.
  3. Ening adalah semadi, atau mengosongkan pikiran dengan berpasrah atau mengikhlaskan diri kepada Sang Pencipta.
  4. Ulah Rasa adalah proses relaksasi untuk mendapatkan kesegaran jasmani setelah bekerja keras.

Warga Sapta Darma tidak membicarakan surga dan neraka, tetapi mempersilahkan warga Sapta Darma untuk melihat sendiri adanya surga dan neraka tersebut dengan cara racut. Kejahatan, kesemena-menaan, dan sebagainya mencerminkan neraka dengan segenap reaksi yang ditimbulkannya. Begitu juga dengan kebaikan seperti bersedekah, mengajarkan ilmu, menolong sesama mencerminkan surga. Tempat ibadah warga Sapta Dharma disebut "Sanggar" dengan seorang Tuntunan yang ditunjuk sebagai pemimpin dan bertanggungjawab dalam membina spiritual warga di sanggar tersebut. Warga Sapta Darma mengenal dua nama sanggar yaitu "Sanggar Candi Sapto Renggo" dan "Sanggar Candi Busono". Sanggar Candi Sapto Renggo hanya ada satu di Jogjakarta, adalah pusat kegiatan kerohanian Sapta Darma. Sanggar Candi Busono adalah sanggar yang tersebar didaerah-daerah. Dan kini Sapto Darmo sudah berkembang pesat di Wonogiri khususnya kecamatan Ngadirojo.

PENUTUP

Aliran kebatinan  menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Akibatnya, masih banyak aliran kebatinan yang mampu bertahan dalam kehidupan masyarakat modern Indonesia. Sumarah, Sapto Darmo, Pangestu, Bratakesawa, Prayana Suryadipura merupakan beberapa aliran kebatinan yang masih bertahan hingga saat ini. Selain aliran kebatinan yang tersebut, di beberapa daerah juga banyak berkembang aliran kebatinan lain yang jumlah dan pengikutnya beragam. Kebatinan berhubungan erat dengan soal batin manusia yang merupakan soal dalam, yang sangat subjektif dan sangat individual. Kebatinan yang berkembang di Indonesia lebih merupakan sistem yang sudah memiliki muatan tersendiri yang tidak mudah dipahami. Pengertian kebatinan selalu dipengaruhi sikap orang yang bersangkutan terhadap kebatinan, menerima atau menolak. Dan sebagai umat Islam setidaknya dapat memahami ajaran syrian Islam secara kuat agar tidak tercampur dengan ajaran-ajaran yang lain.

Fote Note
[1] Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebathinan, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 74.
[2] M. As’ad El-Hafidy, Aliran-aliran Kepercayaan dan Kebhathinan di Indonesia, (tk.:tp.,tt), hlm. 37.

Demikian sedikit ulasan tentang Aliran Kebathinan Sapto Dharmo semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Terimakasih atas kunjungannya dan bagi sahabat blog ARWAVE yang menginginkan materi terkait dengan pembahasan saat ini atau yang lain silahkan tulis di kotak komentar. 

Artikel Arwave Blog Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Coment ya sooob...!

Copyright © 2015 Arwave Blog | Design by Bamz