Sejarah Asal Usul Bani Utsmaniyah
Sejarah asal usul bani utsmaniyah - Sesudah runtuhnya kerajaan Bani Abbasiyah di Bagdad dengan naiknya bangsa Mongol di Tartar, boleh dikatakan tidak ada lagi sebuah kerajaan Islam yang besar dan dapat menjadi tumpuan harapan dunia Islam. Negeri-negeri Islam terpecah belah, apalagi wilayah Islam memang telah luas sekali. Tetapi dengan timbulnya kerajaan Usman atau Daulah Usmaniyah, maka Islam dapat kembali menunjukkan kegagah perkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama. Kerajaan Turki Usmani menjadi pengaruh besar bagi umat Islam sehingga diantara Turki dan Islam tidak dapat dipisahkan. Walaupun keadaan Turki sekarang sudah berubah menjadi Republik tetapi jiwa Islam masih tetap teguh. Maka, kerajaan Turki Usmani tidak dapat diabaikan dalam sejarah peradaban Islam.
Maka timbullah sebuah pertanyaan dalam benak kita, bagaimana asal usul Dinasti Usmaniyah?, bagaimana perkembangan dan kemajuan Dinasti Usmaniyah?, serta apa faktor penyebab runtuhnya Dinasti tersebut?
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan tiga permasalahan tersebut secara jelas dan terperinci.
Asal Usul Dinasti Utsmaniyah
Tatkala bangsa Tartar bangkit menyerbu ke dunia Islam, menakluk, membakar, membunuh, dan merampas, maka Sulaiman Syah Datuk dari Sultan Usmani melihat bahaya itu bagi negeri di Mahan. Maka, mufakatlah ia dengan anggota persekutuannya yang besar itu, agar berpindah ke negeri lain yang yang lebih aman yaitu tanah Anatolia di Asia kecil. Kehendaknya itu dituruti oleh anak buahnya. Merekapun berangkat menuju ke Anatolia, meninggalkan kampung halamannya yang kelak akan menjadi padang terukur saja bila tentara Tartar masuk dan tidak akan dapat mereka pertahankan. Adapun banyak anak buah yang mengikuti dia adalah 1000 orang berkuda. Kejadian ini adalah di dalam abad ke 7 Hijriyah abad ke 13 Masehi. [2]
Beberapa lamanya mereka berhenti di negeri Akhlattai tidak lama kemudian, tentara Tartarpun telah dekat pula sampai ke negeri itu, sehingga dengan segera mereka pindah pula ke negeri Azerbijan. Kemudian terdengarlah berita bahwa gelombang bangsa Tartar itu telah jauh dari negeri asli mereka Mahan. Maka timbullah niat di hati Sulaiman Syah hendak pulang dan membangunkannya kembali. Dalam perjalanan pulang itu seketika lamanya mereka berhenti di benteng Ja’bar wilayah Orga, setelah itu mereka sebrangi sungai Eprhat, tiba-tiba ketika sedang menyeberang air menjadi besar, sehingga Sulaiman Syah kepala kabilah itu tenggelam dan tidak dapat ditolong. Jenazahnya dikebumikan di dekat benteng Ja’bar itu.[3]
Beliau meninggalkan empat orang putra, yaitu Sankurtain, Kuntogdai, Arthogol, dan Dandan. Dimana anak pertama dan kedua melanjutkan maksud ayahnya pulang kembali ke kampung dan anak yang ketiga dan keempat yaitu Arthogol dan Dandan meneruskan niat ayahnya yang kedua, yaitu melanjutkan perjalanan ke Anatolia mencari daerah yang subur. Arthogol diangkatlah menjadi kepala kabilah dalam persukuannya.[4]
Setelah saudara kecil tadi sampai ke daerah Anatolia maka Arthogol mengutus putranya yang bernama Sauji menghadap Sultan Aled-Din Kaiqubaz, Sultan Seljuk Rumi. Memohon supaya baginda sudi memberi izin berdiam diri di wilayah kekuasaannya dan memohon supaya diberi tanah untuk bercocok tanam. Dan dalam perjalanan pulang hendak menyampaikan kabar baik itu kepada ayahnya, meninggallah Sauji. Setelah selesai penguburan jenazah Sauji mereka pun terus menuju tanah yang dihadiahkan itu. Di tengah perjalanan mereka melihat dua angkatan sedang bertempur hebat yang satu pihak besar dan yang satunya pihak kecil. Kemudian timbullah semangat Arthogol sehingga dengan segera ia menyerukan anak buahnya supaya segera menyerbu ke medan perang dan berdiri di pihak yang lemah dan semangat mereka semakin tambah bahwa yang ada dipihak lebih besar jumlahnya tadi, ternyata ialah tentara Mongol, musuh besar mereka sendiri dan dipihak yang kecil yaitu tentara Sultan Seljuk Rumi yang telah memberikan tanah kepada mereka. Serangan Mongol dapat di tangkas dan akhirnya kedudukan tentara Seljuk bertukar dan berbalik menyerang dengan segera tentara Mongol mengundurkan diri.[5]
Sangat gembira Sultan Alauddin mendengar berita kemenangan itu. Maka diundanglah Arthogol ke Istana dan diterimanya dengan serba kehormatan. Diberikan pakaian, wilayah kekuasaan lebih luas dari yang dijanjikan terhadap Sauji putranya. Dan apabila terjadi peperangan dengan pihak musuh senantiasa Arthogol membawa anak buahnya untuk memberikan bantuan kepada Sultan Seljuk Rumi dengan penuh kesetiaan. Dan setiap mencapai kemenangan sultan memberikan hadiah tanah dan harta yang banyak dan tentara Arthogol diberi gelar “Muqaddimah Sultan”.[6]
Pada tahun 687 H/1288 M. mangkatlah Arthogol untuk gantinya Sultan Alauddin menunjuk cucunya putera dari Sauji yaitu Usman. Kepadanya pemerintahannya ini memiliki hubungan, karena ia merupakan pendiri dan pencetus pertamanya. Dari Usman inilah sebagaimana diterangkan di atas dari nama keturunan bani Usman.
Para Sultan dan Khalifah pemerintahan Utsmaniyah
699-1342 H/1299-1923 M
Masa Kesultanan
Ciri dari masa ini adalah termasuk para Sultan yang sangat kuat
- Usman bin Arthogol 699 H/1299 M
- Urkhan bin Usman 726 H/1325 M
- Murad I bin Urkhan 761 H/1359 M
- Beyzid I bin Murad 791-805 H/1389-1402 M
Masa Pertikaian diantara anak-anak Bayzid
- Muhammad I bin Beized 816 H/1413 M
- Murad II bin Muhammad 824 H/1421 M
- Muhammad II (al-Fatih) 855 H/1451 M
- Beyzid II bin Muhammad 886 H/1481 M
Masa Khilafah
Ciri dari masa ini adalah masa kekuatan dari khilafah dan masa kelemahan
- Salim I bin Beyzid 918 H/1512 M
- Sulaiman (al-Qanuni) bin Salim 926 H/1519 M
- Salim II bin Sulaiman 974 H/1566 M
- Murad III bin Salim 982 H/1574 M
- Muhammad III bin Murad 1003 H/1594 M
Ciri dari masa ini adalah masa kelemahan
- Ahmad I bin Muhammad 1012 H/1603 M
- Musthafa bin Muhammad 1026 H/1617 M
- Usman II bin Ahmad 1027 H/1617 M
- Mustafa I 1031 H/1621 M
- Murad IV bin Ahmad 1032 H/1621 M
Ciri dari masa ini adalah masa kemerosotan dan kemunduran
- Ibrahim I bin Ahmad 1049 H/1639 M
- Muhammad IV bin Ibrahim 1058 H/1648 M
- Sulaiman II bin Ibrahim 1099 H/1687 M
- Ahmad II bin Ibrahim 1102 H/1690 M
- Musthafa II bin Muhammad 1106 H/1694 M
- Ahmad III bin Muhammad 1115 H/1703 M
- Mahmud I bin Musthafa 1143 H/1730 M
- Usman III bin Musthafa 1168 H/1754 M
- Musthafa III bin Ahmad 1171 H/1757 M
- Hamid I bin Ahmad 1187 H/1173 M
- Salim III bin Musthafa 1203 H/1788 M
- Musthafa IV bin Abdul Hamid 1222 H/1807 M
- Mahmud II bin Abdul Hamid 1223 H/1808 M
- Abdul Majid I bin Mahmud 1255 H/1839 M
- Abdul Aziz bin Mahmud 1277 H/1860 M
- Murad V bin Abdul Majid 1293 H/1876 M
- Abdul Hamid II bin Abdul Majid 1293 H/1877 M
Ciri masa ini adalah penguasaan kesatuan dan peningkatan
- Muhammad Rasyad bin Abdul Majid 1328 H/1910 M
- Muhammad Wahiddudin bin Abdul Majid 1337 H/1918 M
- Abdul Majid bin Abdul Aziz 1340 -1342 H/1921-1923 M [7]
Fote Note
[1] Hamka, Sejarah Ummat Islam III (Jakarta: Bintang Bulan, 1981), hal. 205.
[2] Hamka, Sejarah Ummat Islam III, hal. 205.
[3] Ibid., hal. 206.
[4] Ibid., hal. 207.
[5] Ibid., hal. 207.
[6] Ibid., hal. 207.
[7] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hal. 357.
Demikian sedikit ulasan tentang Sejarah Asal Usul Bani Utsmaniyah semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Terimakasih atas kunjungannya dan bagi sahabat blog ARWAVE yang menginginkan materi terkait dengan pembahasan saat ini atau yang lain silahkan tulis di kotak komentar.
Demikian sedikit ulasan tentang Sejarah Asal Usul Bani Utsmaniyah semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Terimakasih atas kunjungannya dan bagi sahabat blog ARWAVE yang menginginkan materi terkait dengan pembahasan saat ini atau yang lain silahkan tulis di kotak komentar.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Coment ya sooob...!