Artikel Education, General And Islamic

Problematika Pemahaman Hadits-hadits Nabi Pada Era Baru

Artikel terkait : Problematika Pemahaman Hadits-hadits Nabi Pada Era Baru

Pemahaman Hadits Nabi - Memahami hadits bukan masalah yang mudah karena banyak hal yang saling berkaitan baik secara tekstual maupun kontekstual, pada era baru ini banyak sekali orang yang memhami tanpa dasar-dasar ilmu yang kuat, terlebih hanya bermodal buku terjemah. Buku terjemah tidaklah salah, namun yang salah adalah ketika kita berfatwa atau mengajarkan suatu ilmu tanpa menggandeng ilmu yang lain seperti Ilmu Nahwu, Mantik, Balaghoh sebagai alat untuk memahami secara mendasar inti sari Hadits-hadits Nabi Muhammad saw. yang bisa multi tafsir bersifat general dan berlaku selamanya.

Pemahaman Hadits-hadits Nabi
Image From catatanwacana.blogspot.com

Keberadaan Hadis Nabi SAW sebagai sumber hukum Islam setelah al Qur’an telah disepakati oleh sebagian besar umat Islam. Oleh karena itu kedudukan hadis Nabi Muhammad SAW sangat strategis dalam kehidupan umat Islam, ia memiliki otoritas tertinggi setelah al Qur’an karena di dalamnya memuat sejumlah sunnah Nabi SAW yang menuntut umat Islam menggunakan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.

Pada mulanya sunnah Nabi Muhammad SAW diikuti secara langsung oleh sahabat sahabatnya baik yang mendengar secara langsung maupun melalui sistem, periwayatan yang pada umumnya masih berlangsung secara safahi (lisan), Kemudian berangsur-angsur atsar Nabi SAW ini dikhawatirkan memudar bahkan menjadikan hilangnya sunnah Nabi SAW yaitu seiring dengan mulai sedikitnya penghafal hadis, satu demi satu sahabat mulai wafat berikut generasi tabi’in yang memeliharanya juga semakin berkurang, terlebih berkecamuknya politik yang mengakibatkan munculnya hadis-hadis palsu dan sebagainya. Kondisi inilah yang dipikirkan Umar bin `Abd al `Aziz (w. 101) untuk melakukan kebijakan strategis yang terkait dengan kekuasaannya yang dibarengi kecintaan akan ilmu agama, yaitu penghimpunan hadis hadis Nabi SAW.

Adanya selisih waktu yang cukup panjang antara periwayatan hadis secara lisan dengan penghimpunan serta pembukuan hadis-hadis Islam secara resmi memunculkan kesangsian atas otentisitas hadis-hadis Islam sebagai suatu berita yang benar benar bersumber dari Nabi SAW, lebih lebih di antara periwayatan dengan masa pembukuan tersebut telah terjadi berbagai konflik serta pertikaian yang terkait dengan ideologi, politik dan sebagainya.

Hal itulah yang menjadikan pengkajian terhadap keotentikan suatu hadis menjadi bagian tak terpisahkan dari studi kritis terhadap hadis-hadis Nabi SAW. Problem tersebut tidak terhenti begitu saja saat telah dipastikan hadisnya sahih, sebab rentang waktu yang panjang itu pula yang menyebabkan proses pemahaman terhadap suatu hadis ada kalanya mudah dan segera dapat dipraktekkan namun sebagian yang lain dipahami kurang tepat, sehingga status hadis yang sahih adakalanya ma’mul bih adakalanya gair ma’mul bih. Hal inilah yang mendorong lahirnya ilmu ma’ani al hadis [1] guna menjembatani teks yang hadir pada masa Nabi SAW hidup dengan realitas kehidupan umatnya yang terus ada sampai sekarang dan dalam ruang yang berbeda.

Realita juga menunjukkan bahwa tidak semua sanad hadis yang berkualitas sahih, secara otomatis matannya juga berkualitas sahih. Syuhudi Ismail mengemukakan beberapa kemungkinan sebab di antaranya:
  1. Karena telah terjadi kesalahan dalam melaksanakan penelitian matn umpamanya karena kesalahan dalam menggunakan pendekatan ketika meneliti matn yang bersangkutan.
  2. Karena telah terjadi kesalahan dalam melaksanakan penelitian sanad, atau
  3. Karena matan hadis yang bersangkutan telah mengalami periwayatan secara makna yang ternyata mengalami kesalahpahaman.

Memperhatikan kemungkinan terjadinya kesalahan yang terjadi di atas, maka penelitian ulang terhadap sanad dan matan hadis tidak hanya bersifat komfirmatif semata, melainkan perlu dan penting. 

Pada aspek isi hadis-hadis Islam, yang dipahami sahabat dari aktualitas diri Nabi SAW, baik ucapan, perbuatan maupun hal hal lain yang bersumber darinya  sarat akan kemampuan dan daya tangkap sahabat, ada yang berusaha menggambarkan secara detail yaitu berikut dengan setting munculnya hadis (asbab al-Wurud al Hadis), ada pula yang tidak (hanya menuturkan essensinya saja), sehingga bagi generasi selanjutnya mengalami kesulitan bahkan kesalahan di dalam memahami maksud hadis-hadis Islam yang sebenarnya.

Terlebih suatu aktifitas Nabi SAW, ada kalanya disaksikan oleh perorangan, adakalanya beberapa orang, terkadang dari beberapa orang tersebut berlangsung secara bersamaan, ada kalanya berlangsug dalam waktu yang berbeda dengan situasi dan kondisi yang berbeda, diantaranya ada yang menjaga periwayatan secara lafzi adakalanya cukup memahami isi dan dibahasakan sendiri oleh sahabat. Hal ini pulalah yang memunculkan ragam redaksi hadis yang tak jarang antara satu redaksi hadis dengan redaksi hadis lainnya dalam satu persoalan berbeda bahkan ada yang saling bertolak belakang (mukhtalaf).[2]

Atas dasar hal tersebut di atas, umat Islam dituntut untuk kritis dalam mengkaji serta memahami suatu hadis, tanpa upaya kritis tersebut hanya akan memunculkan selisih paham yang sudah barang tentu akan menumbuhkan perpecahan di kalangan umat Islam sendiri.

Fote Note
  1. Indal Abror, “Syuhudi Ismail dan Metodologi Pemahaman terhadap Hadis Nabi”, Essensia, Vol. I, no. 2 (Yogyakarta; Juli, 2000), hlm. 42
  2. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 124. Lebih lanjut tentang pentingnya memahami hads Nabi secara benar, maka berbagai upaya dalam memahami hadis Nabi baik secara tekstual maupun kontekstual telah banyak dilakukan oleh para ahli, di antaranya Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994); Muhammad al Ghazali, Studi Kritis atas Hadis Nabi SAW, dalam pemahaman Tekstual dan Kontekstual, terj. Muhammad al Baqir, (Bandung: mizan, 1989); Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi, terj. Muhammad al Baqir, (Bandung: Karisma, 1995)
Demikian sedikit ulasan tentang Problematika Pemahaman Hadits Pada Era Baru semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Terimakasih atas kunjungannya dan bagi sahabat blog ARWAVE yang menginginkan materi terkait dengan pembahasan saat ini atau yang lain silahkan tulis di kotak komentar. 

Artikel Arwave Blog Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Coment ya sooob...!

Copyright © 2015 Arwave Blog | Design by Bamz