Peranan Guru Melatih Kejujuran Siswa
Melatih Kejujuran Siswa - Masalah kejujuran sudah sangat memprihatinkan pada masa sekarang, begitu ringan dan nyaris tanpa beban ketika seorang siswa berbohong bahkan kepada guru pendidiknya sendiri. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak sudah menjangkit keseluruh lapisan masyarakat dan pejabat publik. Menjadi PR guru sebagai figur seorang murid yang harus mengajarkan dan menanamkan sifat jujur sejak dini, kejujuran juga tidak lepas dari tanggung jawab orang tua yang harus memberi contoh konkrit bagaimana sebuah kejujuran adalah nomor satu.
Image From rizkie-library.blogspot.co.id
Penyebab Kebohongan siswa
Menurut Saphiro, anak-anak mulai berbohong hampir semenjak mereka mulai berbicara. Umumnya pada usia 2 sampai 3 tahun anak belum mencapai perkembangan kognitif dan bahasa. Ia juga belum mampu melihat hubungan langsung antara apa yang mereka katakan dengan apa yang mereka perbuat. Menginjak usia empat tahun, anak mulai mengerti bahwa berbohong yang dilakukannya untuk mengelabui orang lain merupakan perbuatan yang buruk .[1]
Jika perilaku ini berkembang menjadi kebiasaan, anak yang suka berbohong cenderung tidak disukai gurunya dan terkucil dari pergaulan sosialnya, karena dipandang tidak dapat dipercayai dan suka menyepelekan orang lain
Selanjutnya menurut Paul Ekman dalam bukunya Why Children Lie, sebagaimana dikutip Saphiro, bahwa alasan yang menyebabkan anak berbohong adalah untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, dan semata-mata untuk mendapatkan pujian dari temannya.[2]
Sementara dari data lapangan, yakni dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, berbohong dilakukan siswa untuk menutupi kelalaian, menghindari hukuman guru, menutupi prestasi belajarnya yang rendah, dan keinginan untuk mendapatkan perhatian guru dan teman. Alasan yang lazimnya mereka kemukakan adalah lupa mengerjakan tugas atau tugas tertinggal di rumah.
Cara Melatih Kejujuran Siswa
Untuk melatih kejujuran kepada siswa, biasanya guru memperingatkan siswa agar tidak mencotek hasil pekerjaan temannya sebangku, saling mengoreksi tugas, dan meminta siswa menyebutkan nilai yang diperolehnya. Cara ini patut dipertahankan karena siswa dilatih bersikap jujur dan sportif. Hanya saja guru perlu berhati-hati terhadap siswa yang tidak mampu berkompetisi dan selalu memperoleh prestsi rendah.
Dengan meminta siswa menyebutkan nilainya,. Siswa yang bersangkutan justru frustasi dan merasa dipermalukan. Akibatnya, motiasi belajarnya bukan meningkat, tetapi justru semakin turun. Menghadapi siswa yang demikian, guru melakukan penedekatan secara personal untuk mengetahui penyebab dari kegagalannya itu dan juga dikomunikasikan dan mencari penyelesaian masalah dengan kerjasamanya orang tua siswa, sebagaiman telah dijelaskan di bagian memotivasi siswa dan melatih ketekunan siswa.
Perlu ditegaskan bahwa, guru merupakan teladan bagi siswa dalam mempraktekan nilai kejujuran. Jika guru melanggar janjinya, siswa dengan cepat menagkapnya. Demikian juga apa yang dikatakan guru harus diikuti dengan tindakannya, agar tindakan ini pada gilirannya akan menajdi panutan bagi anak. Sebagaimana Rasululah SAW telah dijadikan teladan bagi segenap tingkah laku dalam kehidupan. Allah berfirman dalam Quran surat al-Ahzab ayat 21:
لقد كان لكم فى رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجواالله واليوم الآخر وذ كرالله كثيرا
“Sesungguhnya pada Rasul Allah (Muhmmad) ada ikutan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan (pahala) Allah dan hari yang kemudian, serta ia banyak mengingat Allah.” [3]
Untuk itulah, guru dijadikan teladan utama di sekolah, oleh sebab itu guru harus menjaga dan berhati-hati dalam berkata dan bertindak. Tindakan-tindakan yang dilakukan guru akan cepat diserap siswa. Mereka menganggap kebohongan adalah perilaku yang wajar bagi semua orang. Mereka juga akan belajar memparktekan kebohongan dalam pergaulan sosial mereka.
Dalam melatih kejujuran, disamping guru memberikan contoh yang baik pada siswa ataupun dengan memberikan nasihat dan cerita, guru perlu melatih kejujuran siswa dengan mengajak mereka bermain-main. Misalnya, permainan memasang ekor kuda yang sangat populer di tanah air, atau permaina jatuh ke belakang pada saat olah raga, dan permainan-permainan lainnya yang melatih siswa untuk mempercayai orang lain.
Fote Note
- Lawrence E. Saphiro, Op. Cit, hlm. 62
- Ibid, hlm. 63
- Prof. H. Mahmud Yunus, Tarjamah Al-Quran Al-Karim, (Bandung: Al-Ma`arif, 1986), hlm. 379
Demikian ulasan artikel Peranan Guru Melatih Kejujuran Siswa semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Terimakasih atas kunjungannya dan sampai jumpa pada artikel saya selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Coment ya sooob...!