Elemen Pondok Pesantren Salaf dan Moderen
Pondok pesantren bukan hanya
terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan
diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok
pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan keder masa depan dengan
perangkat-perangkat sebagai berikut[1]
a.
Masjid
Masjid
pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi
maupun maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam
mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid.[2]
Keberadaan
masjid juga digunakan para kyai untuk menyelenggarakan pengajian yang sifatnya
umum yakni pengajian kitab-kitab klasik yang diikuti para santri dengan
masyarakat sekitar pesantren.
b. Pondok
Pondok
adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama pendidikan Islam tradisional
dimana para siswa tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau
lebih guru yang di kenal dengan sebutan kyai[3]
Selain
sebagai tempat tinggal pondok/asrama merupakan tempat belajar, bermasyarakat
baik dengan sesame santri maupun masyarakat sekitar serta tempat untuk menimba
ilmu agama Islam
c.
Kyai
Ciri
yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada hakikatnya
adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama
dalam hal ini agama Islam.[4]
Keberadaan
kyai sangat sentral sekali suatu lambaga pendidikan Islam disebut pesantren
apabila memiliki tokoh sentral yang di sebut kyai, kyai di dalam dunia peantren
sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai denga pola
yang di kehendaki, dengan demikian kemajuan dan kemunduran pondok pesantren
benar-beenar terletak pada kemampuan kyai dalam mengatur operasionalisasi
pendidikan di dalam pesantren, sebab kyai sebagai penguasa baik dalam
pengertian fisik ataupun yang non fisik yang bertanggung jawab demi kemajuan
pesantren.
d.
Santri
Istilah
santri hanya ada di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang
haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah
pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan
keberadaan kyai dan pesantren.[5]
Santri terbagi menjadi dua:
1)
Santri Mukim
Santri
mukim adalah para santri datang dari tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan
menetap di pondok (asrama) pesantren.[6]
2) Santri Kalong.
Adalah
santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga mereka tidak
memerlukan untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren mereka bolak balik
dari rumahnya masing-masing.[7]
e.
Pengkajian kitab-kitab kuning
Secara
lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai kitab yang berwarna kuning,
kerena kertas-kertas yang dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu
lamanya kitab tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning.[8]
Kitab-kitab
klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna
kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan
tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.
[1] Bahri Ghozali,
Pesantren, 18.
[2] Ibid.,
19.
[3]Abd.
Ghofur, Pendidikan Anak Pengugsi (Malang: UIN Malang Press, 2009), 9.
[4] Bahri Ghozali,
Pesantren, 22.
[5] Ibid.,
24.
[6] Maksum dkk, Pola
Pembelajaran Pendidikan Pesantren (Jakarta. Departemen Agama RI., 2003),
14.
[7] Ibid., 15.
[8] Abd.
Ghofur, Pendidikan, 28.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Coment ya sooob...!