Peranan Guru Dalam Melatih Kemandirian Siswa
Peranan Guru Melatih Kemandirian Siswa - Dalam proses belajar mengajar (KBM) tidak terlepas dari adanya guru yang berperan mengarahkan dan memaksimalkan kempuan emosional anak agar dapat tercapai dari tujuan utama pendidikan. Di kesempatan ini saya masih berbicara tentang kecerdasan emosi anak sebagi acuan berhasil tidaknya guru sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Image From lamoiko.blogspot.com
Penyebab ketergantungan siswa
Masalah ketergantungan siswa dominan terjadi di kelas I, Menurut guru, siswa biasanya masih terbawa suasana di taman kanak-kanak, yang ditandai ketergantungan yang tinggi kepada orang tuanya. Segala aktivitas hidup mereka, seperti makan, mandi, berangkat ke sekolah, dan lain sebagainya masih memerlukan bantuan orang tua. Kebiasaan-kebisaan inilah yang pada gilirannya menimbulkan permasalahan ketika mereka berada di Sekolah Dasar.
Menurut Jan Prasetyo, sebagaimana dikutip Sinta Ratnawati , ketergantungan anak tidak terlepas dari pola asuh orang tua yang terlalu melindungi anak, sehingga tidak memberi kesempatan kepada anak untuk bergaul dengan orang lain. Padahal dalam melatih kemandirian anak, sejak dini seharusnya orang berhubungan dengan orang lain. [1]
Orang tua melatih anak untuk tidak terlalu terikat kepadanya dan membiasakan mereka berhubungan dengan orang lain. Kebiasaan ini akan memudahkan anak beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya, sehingga akan mengurangi keluhan tentang keengganan belajar. Sebagai contoh, di Taman Kanak-Kanak, orang tua masih suka menunggu anaknya di sekolah, padahal kebiasaan ini membuat anak tergantung kepada orang tuanya dan dibawanya hingga ke sekolah dasar.
Cara Melatih Kemandirian Siswa
Untuk melatih kemandirian siswa, biasanya guru memberikan petunjuk kepada siswa tentang aktivitas-aktivitas yang bisa di lakukan mereka secara mandiri, terutama pada saat awal mereka di kelas I. Usaha guru dalam melatih kemandirian siswa ini didukung dan dibantu oleh orang tua siswa, dengan melalui media buku pantaun jadwal aktivitas yang dikerjakan siswa setiap harinya; seperti jadwal shalat lima waktu, baca Al-Quran, dan jadwal belajar yang ditanda tangani oleh orang tua dan setiap harinya dilaporkan pada guru serta ditandatangani oleh guru pemegang kelas masing-masing.
Selain melalui buku pantuan, cara lain dalam menerapkan aktivitas-aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan siswa adalah adanya komunikasi dengan orang tua siswa. Komunikasi guru dan orang tua siswa ini dapat dilakukan setiap kali ada kesempatan bertatap muka dengan orang tua siswa, seperti pada pertemuan bulanan atau setiap orang tua siswa mengantarkan anaknya ke sekolah.
Dengan menjalin komunikasi dengan orang tua siswa ini, guru dapat mengontrol sejauhmana siswa-siswanya telah melakukan aktivitas kehidupan mereka secara mandiri, seperti makan, mandi, berpakain dan sebagainya, tanpa bantuan orang tua mereka. Dengan cara ini pula guru dapat memperoleh informasi yang lebih kaya mengenai siswa-siswanya.
Hanya saja, cara ini mempersyarat orang tua agar tidak memanjakan anaknya. Padahal kebanyakan orang tua masih membiarkan anaknya tergantung kepadanya. Sebagai contoh, para ibu menganggap bahwa anak balita belum waktunya disuruh makan sendiri, karenanya wajar jika harus disuapi. Menurut Penelope Leach sebagaimana dikutip Sinta Ratnawati, mengenai kemampuan anak untuk makan sendiri. Menurutnya pada usia 8 bulan, anak mulai bisa mengambil sedikit makanan dan menjilatinya dengan sendok. Awalnya mungkin makanan tersebut akan berceceran pada baju, meja, lantai, wajah dan rambutnya. Tetapi jika orang tua terus bersabar melatihnya, dalam waktu beberapa minggu ia dapat melakukanya dengan baik . [2]
Fote Note
- Sinta Ratnawati, Op. Cit, hlm. 62
- Ibid, hlm. 67
Demikian sekila ulasan artikel tentang Peranan Guru Dalam Melatih Kemandirian Siswa semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Nantikan artikel yang selanjutnya di blog ARWAVE, terimakasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Coment ya sooob...!